Minggu, 05 Desember 2010

BATAK TOBA


Budaya Batak – Panggilan dalam suku batak

HORAS!!!



Banyak yang bertanya kepada saya, tentang istilah-istilah dalam bahasa batak, nah sekarang kita akan melihat, kalo dalam suku batak itu, ada panggilan apa aja. Jujur aja soal ini aku jg ga ngerti banget. Abisnya ada banyak sih



Selain panggilannya banyak, udah gitu banyak mengalami distorsi sehingga ada panggilan yang asli dari sononya, dan ada panggilan yang pada akhirnya mengalami perubahan. Panggilan ini erat kaitannya dengan Tarombo. Ato yang biasa disebut silsilah keluarga (padahal asal sebut..).

Oh ya, suku batak juga memiliki keunikan yang berbeda dari suku-suku lainnya. Karena suku batak memiliki apa yang disebut Marga (sudah tau lah ya) dan Nomor Generasi. Nah, biasanya dengan mengetahui marga dan nomor generasi seseorang, kita bisa tau dengan mudah (katanya sih mudah loh) bagaimana kita memanggil orang tersebut. Salah memanggil bisa berabe loh.

Sebelum dimulai, dicontohin deh tentang Marga dan No. Generasi. Cthnya aku, aku bermarga Panggabean dengan No. Generasi 16. Dari sini kita bisa tau bahwa Ayahku Panggabean-15 (utk selanjutnya kt sebut gini aja ya no. generasinya) dan Opung laki-lakiku Panggabean-14. Maka anakku nanti akan menjadi Panggabean-17 dan cucuku Panggabean-18 (Waddoooh, dah jauh nih omongannya.. cucu booo)

Baiklah, lanjut aja. Berikut ini adalah panggilan yang digunakan dalam suku Batak :

  • Abang
    Panggilan sesama pria (antara pria dan pria), yang adalah
    1. Kakak kandung
    2. Yang bermarga sama, dengan No. Generasi setingkat, tetapi No. Urut lebih tinggi.
    Contoh: Keturunan Gultom Hutapea, memanggil Abang kepada Keturunan Gultom Hutatoruan, yang memiliki No. Generasi sama (sama-sama Gultom, namun Hutapea lebih muda daripada Hutatoruan).
  • Akkang, Kakak
    Panggilan sesama wanita (antara wanita dan wanita), yang adalah
    1. Kakak kandung
    2. Kakak lelaki dari suami
    3. Wanita semarga dengan No. Generasi sama, tetapi urutan lebih tinggi (lebih tua)

  • Anggi, Adik
    Panggilan sesama wanita (yang wanita manggil yang wanita) atau sesama pria (yang pria manggil yang pria), yang adalah
    1. Adik kandung
    2. Adik lelaki dari suami
    3. Adik perempuan dari istri
    4. Semarga, dan No. Generasi sama, tetapi urutan lebih rendah (lebih muda)
  • Ito
    Panggilan dari pria kepada wanita atau sebaliknya (yang beda jenis kelamin), dengan aturan:
    1. Saudara pria/wanita dalam satu keluarga (saudara kandung, beda jenis kelamin)
    2. Pria/wanita semarga dengan No. generasi sama
    3. Wanita dengan no. generasi lebih tinggi memanggil Ito kepada pria semarga dengan No. generasi lebih rendah
    4. Anak laki-laki/perempuan dari saudara perempuan ibu
    5. Pria/Wanita sesama suku Batak yang tidak semarga

  • Lae
    Panggilan sesama pria, kepada:
    1. Saudara laki-laki dari pihak istri/saudara ipar laki-laki
    2. Suami dari saudara perempuan
    3. Anak lelaki dari Tulang
    4. Anak lelaki dari namboru
    5. Laki-laki sesama suku Batak yang tidak semarga
    Nah yang ini tuh biasanya buat yang baru ketemu dan ga tau manggil apa. Jadi kalo sama2 cowok, biasanya panggil Lae dulu
  • Eda
    Panggilan sesama wanita, kepada:
    1. Saudara perempuan dari pihak suami/saudara ipar perempuan
    2. Istri dari saudara laki-laki
    3. Anak perempuan dari Tulang
    4. Anak perempuan dari Namboru
    5. Wanita sesama suku Batak yang tidak semarga
    Sama dengan Lae, tapi yang ini untuk sesama cewek. Bisa dipakai kalo belum tau harus manggil apa
  • Amang Tua, Bapak Tua, Pak Tua (pilih salah satu ^^):
    Panggilan untuk pria, yang adalah:
    1. Kakak kandung ayah
    2. Semarga, dan memiliki No. Generasi setingkat dengan ayah (satu tingkat diatas kita), yang nomor urutnya lebih tinggi (lebih tua dari ayah).
    Contoh: Toga Gultom memiliki 4 orang anak yaitu Hutatoruan, Hutapea, Hutabagot, dan Hutabalian (Urut dari yang paling tua sampe yang paling muda). Anak-anak dari Hutapea memanggil Amang tua kepada Hutatoruan, demikian pula anak dari Hutabagot dan Hutabalian. Demikian pula anak dari Hutabagot memanggil Amangtua kepada Hutapea. Demikian seterusnya.
    3. Suami dari kakak perempuan ibu, baik langsung maupun tidak langsung, yang semarga dengan ibu (maksudnya kakak perempuannya yang semarga dg ibu. Nah suaminya itu dipanggil Bapak Tua).
  • Inang Tua, Mama Tua, Mak Tua:
    Panggilan untuk wanita, yang adalah:
    1. Istri dari Amang Tua
    2. Kakak perempuan ibu baik langsung maupun tidak langsung yang semarga dengan ibu (kakak perempuannya yang semarga. Ga ngerti jg yah?).
  • Amanguda, Bapauda, Uda (Panggilan untuk cowok)
    Kebalikan dari Amang Tua. Kalo Amang Tua adalah kakak, maka Amanguda adalah adik (panggilan untuk sodara laki-laki bapak yang lebih muda dari bapak).
  • Inanguda (Panggilan untuk cewek)
    Kebalikan dari Inang Tua. Kalo Inang Tua adalah kakak, maka Inanguda adalah adik perempuan ibu yang semarga dengan ibu. Ga harus adik kandung sih. Adik sepupu ibu jg boleh asal masih semarga. Juga panggilan buat istrinya Uda.
  • Inangbaju
    Sebutan untuk Saudara perempuan ibu yang belum menikah. Pada saat ini, sebutan ini umumnya diganti menjadi Tante, mengikuti perkembangan zaman.
  • Namboru
    Panggilan untuk wanita, yang:
    1. Saudara perempuan dari ayah, baik langsung maupun tidak langsung yang semarga dengan ayah. Bisa lebih muda, bisa lebih tua
    2. Semarga, dengan No. Generasi lebih tinggi (berarti setingkat ayah). Inget, panggilan utk wanita.
    Untuk wanita, kalau no. gererasi lebih tinggi 2 tingkat atau lebih, tetap dipanggil namboru.
  • Amang Boru
    Panggilan untuk pria, yang adalah suami dari namboru.
  • Tulang
    Panggilan untuk pria yang adalah:
    1. Saudara laki-laki dari ibu
    2. Pria yang semarga dengan ibu, dan memiliki No. generasi setingkat dengan ibu
  • Nantulang
    Panggilan untuk wanita, yang adalah istri dari Tulang (simple huh?)
  • Opung Doli
    Panggilan untuk pria, yang:
    1. Ayah dari ayah/ibu (kakek laki2 kandung dari ayah ato dari ibu)
    2. Paman dari ayah/ibu (ini berarti sodaranya kakek laki2 ayah ato ibu)
    3. Semarga dengan no. generasi 2 tingkat lebih tinggi (satu marga kita, tapi setingkat opung)
    4. Semarga dengan ibu dengan no. generasi 1 tingkat lebih tinggi dari ibu (satu marga ibu, tapi setingkat opung)
    Cth : Saya Panggabean, ibu saya boru Pangaribua. Yang kupanggil Opung Doli adalah kakek laki2 saya dari ayah (berarti sama2 marga panggabean), dan kakek laki2 dari Ibu saya yang bermarga Pangaribuan. Dan juga
  • Opung Boru
    Panggilan untuk wanita, yang adalah istri dari Opung Doli (maksudnya ya Nenek, ntah dari ayah ato dari ibu)
  • Pahompu
    sebutan untuk cucu
  • Anak
    Sebutan untuk anak
  • Parumaen
    Sebutan untuk menantu perempuan

  • Simatua, Mertua
    Sebutan untuk mertua
Oke, segini dulu yang aku kasih. Sebenernya bisa lebih banyak lagi. Banyak banget malah. Tapi ini yang standarnya. Nanti bakal ditambahin lagi (soalnya harus nanya para tua-tua dulu.. aku ga tau semua sih..)


nekx



* dimanakah batak?


* Rumah Adat Batak Toba

Rumah Adat Batak Toba disebut Rumah Bolon, berbentuk empat persegi panjang dan kadang-kadang dihuni oleh 5 sampai 6 keluarga. Untuk memasuki rumah harus menaiki tangga yang terletak di tengah-tengah rumah, dengan jumlah anak tangga yang ganjil. Bila orang hendak masuk rumah Batak Toba harus menundukkan kepala agar tidak terbentur pada balok yang melintang, hal ini diartikan tamu harus menghormati si pemilik rumah.


  Lantai rumah kadang-kadang sampai 1,75 meter di atas tanah, dan bagian bawah dipergunakan untuk kandang babyi, ayam, dan sebagainya. Dahulu pintu masuk mempunyai 2 macam daun pintu, yaitu daun pintu yang horizontal dan vertikal, tapi sekarang daun pintu yang horizontal tak dipakai lagi. Ruangan dalam rumah adat merupakan ruangan terbuka tanpa kamar-kamar, walaupun berdiam disitu lebih dari satu keluarga, tapi bukan berarti tidak ada pembagian ruangan, karena dalam rumah adat ini pembagian ruangan dibatasi oleh adat mereka yang kuat
  Ruangan di belakang sudut sebelah kanan disebut jabu bong, yang ditempati oleh kepala rumah atau porjabu bong, dengan isteri dan anak-anak yang masih kecil. Ruangan ini dahulu dianggap paling keramat. Di sudut kiri berhadapan dengan Jabu bong disebut Jabu Soding diperuntukkan bagi anak perempuan yang telah menikah tapi belum mempunyai rumah sendiri. Di sudut kiri depan disebut Jabu Suhat, untuk anak laki-laki tertua yang sudah kimpoi dan di seberangnya disebut Tampar Piring diperuntukkan bagi tamu. Bila keluarga besar maka diadakan tempat di antara 2 ruang atau jabu yang berdempetan, sehingga ruangan bertambah 2 lagi dan ruangan ini disebut Jabu Tonga-ronga ni jabu rona.

                        


  Tiap keluarga mempunyai dapur sendiri yang terletak di belakang rumah, berupa bangunan tambahan. Di antara 2 deretan ruangan yakni di tengah-tengah rumah merupakan daerah netral yang disebut telaga dan berfungsi sebagai tempat bermusyawarah. Bangunan lain yang mirip dengan rumah adalah sopo yakni seperti rumah yang berasal dari lumbung tempat menyimpan, kemudian didiami. Perbedaannya dengan rumah adalah : Sopo berlantai dua, hanya mempunyai satu baris tiang-tiang depan dan ruangan bawah terbuka tanpa dinding berfungsi untuk musyawarah, menerima orang asing dan tempat bermain musik. Pada bagian depan rumah adat terdapat hiasan-hiasan dengan motif garis geografis dan spiral serta hiasan berupa susu wanita yang disebut adep-adep. Hiasan ini melambangkan sumber kesuburan kehidupan dan lambang kesatuan.
  Rumah yang paling banyak hiasan-hiasannya disebut Gorga. Hiasan lainnya bermotif pakis disebut nipahu, dan rotan berduri disebut mardusi yang terletak di dinding atas pintu masuk. Pada sudut-sudut rumah terdapat hiasan Gajah dompak, bermotif muka binatang, mempunyai maksud sebagai penolak bala. Begitu pula hiasan bermotif binatang cicak, kepala singa yang dimaksudkan untuk menolak bahaya seperti guna-guna dari luar. Hiasan ini ada yang berupa ukiran kemudian diberi warna, ada pula yang berupa gambaran saja.
  Rumah adat Batak Toba berdasarkan fungsinya dapat dibedakan ke dalam rumah yang digunakan untuk tempat tinggal keluarga disebut ruma, dan rumah yang digunakan sebagai tempat penyimpanan (lumbung) disebut Sopo. Bahan-bahan bangunan terdiri dari kayu dengan tiang-tiang yang besar dan kokoh. Dinding dari papan atau tepas, lantai juga dari papan sedangkan atap dari ijuk. Tipe khas rumah adat Batak Toba adalah bentuk atapnya yang melengkung dan pada ujung atap sebelah depan.

* Pakaian adat batak toba






Dari 8 (delapan) sub-etnis yang ada di Sumatera Utara, ternyata suku Batak Toba
(Taput, Humbang, Toba Samosir) hingga sekarang belum memiliki pakaian adat pengantin. Sementara 7 (tujuh) sub-etnis lainnya, Melayu, Karo, Simalungun, Pakpak, Mandailing, Nias, Pesisir Tapteng telah punya pakaian adat khususnya pakaian adat pernikahan resmi. Sedangkan masyarakat Batak Toba saat pesta pernikahan, sang pengantin pria hanya memakai stelan jas dan pengantin perempuan mengenakan kebaya biasa.


“Padahal Batak Toba disebut sebagai suku yang memiliki adat budaya sangat kental, dan diakui sebagai tanah asal (leluhur) sub-etnis Batak lainnya,” kata Ompu Joint Simanjuntak seorang pemerhati budaya dalam perbincangan dengan wartawan di Tarutung baru-baru ini. Ompu Joint membandingkan dengan suku Karo, Melayu atau Nias, yang telah membudayakan pakaian adat dalam hajatan pernikahan.


Menurut Op Joint, sewaktu Lundu Panjaitan menjabat bupati Tapanuli Utara, hal itu pernah dikemukakan, tapi tidak ditindaklanjuti menjadi sebuah wacana yang serius. “Sudah saatnya dikaji, bagaimana supaya pesta pernikahan orang Batak Toba menggunakan pakaian adat resmi dalam pernikahan seperti sub-etnis lainnya,” katanya.


Ketua LADN (Lembaga Adat Dalihan Natolu) Tapanuli Utara Drs BP Nababan mengakui hal itu kepada wartawan, Rabu (13/9), BP Nababan mengatakan masalah itu sudah menjadi bahan kajian pengurus LADN dan tokoh adat Taput. “Dalam waktu dekat, kita merencanakan untuk mengangkat masalah tersebut dalam sebuah seminar,” ujarnya. Nababan tidak menyebut kapan seminar diadakan. Dia menyebut soal pakaian pengantin adat Batak Toba akan dibahas melibatkan semua pihak.
Menurut BP Nababan yang juga wakil ketua DPRD Taput itu. Batak Toba memang punya pakaian adat resmi. Dalam upacaya kebesaran adat Batak, misalnya “bulang-bulang”, pakaian adat tersebut biasa kelihatan. Tetapi tidak dalam hal pesta pernikahan. “Bulang-bulang hanya kepada orang-orang tertentu disampaikan sebagai rasa penghargaan atas jasa-jasanya,” katanya.


“Kita harapkan dalam waktu dekat seminar tentang pakaian adat Batak Toba tersebut bisa dilaksanakan dan mendapat dukungan dari berbagai tokoh-tokoh adat,” katanya. (G1/h)

untuk sementara saya  tampilkan pakaian adat yg biasa dipakai dalam acara" adat batak toba :



* Ulos batak toba

“Ulos Batak”, dikenal sebagai Jati diri orang Batak sesuai Budaya dan Adatnya.

Mei 25, 2008>> Jenis Ulos Batak dan Fungsinya.
Orang Batak sudah dikenal sebagai “Bangso”, kenapa..?
Dahulu sudah memiliki Kerajaan sendiri, Mardebata Mulajadi Nabolon (“pencipta yang maha besar”), memiliki Surat Aksara Batak, dan sudah pernah memiliki Uang tukar yakni Ringgit Batak (“Ringgit Sitio Suara”), uning-uningan namarragam (“musik”), memiliki Budaya Adat, dan mempunyai Hukum.
Namun sekarang ini sudah menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahkan orang Batak Toba sudah banyak yang tidak mengetahui bahasa daerahnya sendiri, melihat perkembangan teknologi sekarang ini, tor-tor Batak sudah banyak yang tidak mengetahuinya, bahkan dewasa ini Ulos Batak tidak dikenal jenis-jenis dan Fungsinya.
gbrmacamulos.JPG

Ulos Batak, kekayaan Budaya Batak


Sektor Pendukung PERINDUSTRIAN.
>>Pengerajin Ulos Batak


Inang boru Butar butar Pengerajin ulos di Lumban Gala gala, kecamatan Balige, kabupaten Toba Samosir, propinsi Sumatera Utara, sedang mengerajin ulos Ragu Huting ,”selama dua minggu lamanya sedikitnya tiga ulos siap untuk dikerjakan,” katanya kepada Bersama Toba dot Com , Selasa (20/5) di Huta Lumban gala-gala.
gbrpengrajin.JPG
Dikatakan harga Ulos Ragi Huting sebesar Rp.400 ribu, kemudian menurutnya macam-macam dari ulos adalah seperti Ulos Padang Ursa, Ulos Ragi Harangan, Ulos Bintang Maratur, UlosPinuncaan, Ulos Tumtuman, Ulos Ragi Pakko, Ulos Tutur-tutur, Ulos Pinan Lobu-lobu, Ulos Antahantak, Ulos Ragi Huting, Ulos Suri-suri Ganjang, Ulos Bolean, Ulos mangiring, Ulos Sibunga Ambasang, Ulos Sitolu Tuho, Ulos Simpar, dan Ulos Sibolang Rasta Pamontari.
Semuanya Ulos tersebut diatas dapat dipesan kepada inang boru Butar-butar dengan harga berpariasi, yang berlokasi percis sebelum simpang empat dekat gereja di Huta Lumban gala-gala kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir.


* Tarian dan lagu batak toba

salah satu tarian adat batak toba yaitu "tari tor-tor". bisa diligat di link ini :
http://www.youtube.com/watch?v=AE-JyXFLYTw

lagu adat batak :







* PAHLAWAN TANAH BATAK
Raja Sisingamangaraja adalah pahlawan nasional yg berasal dari tanah batak, beliau lahir di Bakara ( kec. BAKTIRAJA, Kab.HUMBAHAS.PROV.SUMATERA UTARA ) pada tahun 1800 an yg silam.Tetapi perhatian pemerintah atas Jasa dan peninggalan Raja Sisingamangaraja XII trsebut sangat minim sekali, hal ini trbukti bahwa sampai saat ini belum ada pembangunan,pelestarian atau pembudidayaan ditanah kelahiran Raja Sisingamangaraja XII tersebut, khususnya terhadap peninggalan - peninggalan Raja... (ver más)




* Wisata di Tanah Batak

Batu gantung

Oke, kali ini kita akan bicara tentang salah satu legenda yang populer dari tanah batak. (tuh tuh, langsung pada ngumpul depan monitor kalo dah ngedenger tentang legenda.. dasar anak-anak..) Soal legenda, tanah Batak (Tano Batak) gak kalah dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Beberapa yang terkenal itu Legenda Danau Toba dan Legenda Batu Gantung.
Sekarang sih lagi pengen cerita yang legenda Batu Gantung aja dulu. Yang legenda Danau Toba, ntar aja. Soalnya itu legenda yang paling seru sih. (Tuh kan penasaran jg akhirnya.. sabar.. sabar)
Tau ga Batu Gantung? Batu gantung adalah batu yang digantung (atau tergantung?). Ya terserah aja lah gimana persepsinya. Pokoknya batu gantung itu ya batu… yang bergantungan… hehehe. Oke lewat. Maksudnya, kok bisa sih batu tergantung? Apa batu itu sudah mulai berani melawan kekuatan alam yang bilang bahwa grafitasi membuat semua benda jatuh ke arah bumi? Wah baru jadi batu aja dah sok banget. Hehehe bukan.. bukan.. bukan karena itu. Tapi tuh batu emang menempel dan tergantung di tepi sebuah bukit.
Cerita batu gantung ini ada beberapa versi sih. Tapi ntar kita mau coba ngeliat versi mana yang paling kita sukai… hehehe
Alkisah hiduplah seorang putri Radja raja, yang mana rajanya bernama Sisingamangaraja X (Catatan, ‘Si’ yang di depan Sisingamangaraja bukan panggilan untuk seseorang yah. Itu emang namanya), dan dimana putrinya bernama Pinta Omas boru Sinambela. Di lain tempat, hiduplah seorang wanita, yaitu adik perempuan dari Sisingamangaraja X yang bernama Nai Hapatihan. Nai Hapatihan menikah dengan seorang Aceh, dan melahirkan anak bernama Fakih Amiruddin.
Oke, mulai bingung. Stop dulu, tarik nafas dalam 3 kali, dan kita ulang lagi.
Jadi raja Sisingamangaraja X punya adik bernama Nai Hapatihan. Anaknya Sisingamangaraja adalah cewek bernama Pinta Omas. Dan Anaknya Nai Hapatihan adalah cowok namanya Fakih. Udah? Udah ngerti blom? Udah kan? Ya udah, lanjut lagi.
Nah, si Pinta Omas ini, ternyata bertemu dengan si Fakih dan saling jatuh cinta (berjuta rasanya, disentuh dibelai amboi rasanya). Jangan tanyakan mengapa, karena ku tak tau. Oke selesai ngemengnya. Lanjut lagi. Kalo dilihat dari Tarombonya Batak, Maka Pinta Omas ini adalah Pariban dari Fakih. Oleh sebab itu mereka semakin jatuh cinta..
Namun, seperti di sinetron-sinetron Indonesia lainnya, hubungan mereka tidak disetujui oleh Raja Sisingamangaraja X. Salah satu versi menyebutkan karena bila mereka menikah, maka Fakih akan saingan Sisingamangaraja X (aduh panjang, capek ngetiknya) untuk merebut kedaulatan di Tanah Batak. Hohoho kalo ini ternyata tentang kekuasaan, bukan uang.
Versi lain menyebutkan bahwa si Pinta Omas ternyata udah dijodohin sama orang yang berketurunan Ningrat, berkasta tinggi, dan menjadi kepercayaan sang bapak. Wah masih jaman Siti Nurbaya nih.
Karena hubungan mereka tidak disetujui, dan karena mereka sudah sangat jatuh cinta, maka dalam kekecewaan, dan tangisan yang menyayat hati, si Pinta Omas berlari keluar rumahnya, menuju ke tepi bukit. Di situ dia menghirup nafas 3 kali, berbalik sejenak untuk memandangi rumahnya dari jauh sambil berlinang air mata penuh kekecewaan, dan sambil mengelus anjing kesayangannya, (oke, sampe sini hiperbola. Tapi yang anjingnya beneran!!) ia melompat dari tebing menuju ke danau Toba disusul oleh anjing kesayangannya.
Tidaaaaaakkk
Tetapi tak diduga tak dinyana (bahasa apa ya?) kakinya si Pinta Omas tersangkut akar pohon. Sehingga ia tidak terjatuh melainkan tergantung di tepi bukit itu. Dan kemudian Ia menjadi Batu.
Versi lain mengatakan bahwa Pinta Omas akhirnya mau menikah dengan pilihan Ayahnya. Namun karena tidak suka, maka sejak menikah, mereka tidak pernah melakukan *piiiiipp* sekalipun. Setiap malam sang suaminya malah duduk termenung menghabiskan malam di bawah kolong rumah. Akhirnya sang putri menyadari bahwa suaminya itu mempunyai keterbelakangan mental. Akhirnya sang putri pun kecewa, dan dalam kekecewaannya karena tidak pernah *piiiiipp* ia pergi ke tebing dan melompat ke danau. Namun tersangkut akar pohon, dan tergantung di sana.
Hingga saat ini, kalo kita datang berwisata ke Sumatera Utara, kita masih akan melihat bentuk sebuah batu menyerupai manusia yang tergantung di tepian sebuah jurang. Di sana kita akan merasakan bagaimana kesedihan ketika cinta tidak terbalas. Dan kita akan semakin menghargai betapa indahnya dan mahalnya harga sebuah Cinta sejati. Kita pun diingatkan, bahwa cinta tidak dapat dipaksakan. Cinta akan memilih sendiri kapan, dimana, dan siapa. Sebab cinta, kekuatannya melebihi langit, dan menembus cakrawala. Serta kesucian sebuah cinta, bahkan lebih suci dari pada cawan anggur seorang perawan. (wakss… apaan nih??)


Danau Toba

Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Danau ini merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir.
Danau Toba sejak lama menjadi daerah tujuan wisata penting di Sumatera Utara selain Bukit Lawang dan Nias, menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.

Diperkirakan Danau Toba terjadi saat ledakan sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu dan merupakan letusan supervolcano (gunung berapi super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkan gunung itu sebanyak 2.800 km³, dengan 800 km³ batuan ignimbrit dan 2.000 km³ abu vulkanik yang diperkirakan tertiup angin ke barat selama 2 minggu. Debu vulkanik yang ditiup angin telah menyebar ke separuh bumi, dari Cina sampai ke Afrika Selatan. Letusannya terjadi selama 1 minggu dan lontaran debunya mencapai 10 km di atas permukaan laut.
Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan pada beberapa spesies juga diikuti kepunahan. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu, yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para ahli masih memperdebatkannya.
Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir.
Tim peneliti multidisiplin internasional, yang dipimpin oleh Dr. Michael Petraglia, mengungkapkan dalam suatu konferensi pers di Oxford, Amerika Serikat bahwa telah ditemukan situs arkeologi baru yang cukup spektakuler oleh para ahli geologi di selatan dan utara India. Di situs itu terungkap bagaimana orang bertahan hidup, sebelum dan sesudah letusan gunung berapi (supervolcano) Toba pada 74.000 tahun yang lalu, dan bukti tentang adanya kehidupan di bawah timbunan abu Gunung Toba. Padahal sumber letusan berjarak 3.000 mil, dari sebaran abunya.
Selama tujuh tahun, para ahli dari oxford University tersebut meneliti projek ekosistem di India, untuk mencari bukti adanya kehidupan dan peralatan hidup yang mereka tinggalkan di padang yang gundul. Daerah dengan luas ribuan hektare ini ternyata hanya sabana (padang rumput). Sementara tulang belulang hewan berserakan. Tim menyimpulkan, daerah yang cukup luas ini ternyata ditutupi debu dari letusan gunung berapi purba.
Penyebaran debu gunung berapi itu sangat luas, ditemukan hampir di seluruh dunia. Berasal dari sebuah erupsi supervolcano purba, yaitu Gunung Toba. Dugaan mengarah ke Gunung Toba, karena ditemukan bukti bentuk molekul debu vulkanik yang sama di 2100 titik. Sejak kaldera kawah yang kini jadi danau Toba di Indonesia, hingga 3000 mil, dari sumber letusan. Bahkan yang cukup mengejutkan, ternyata penyebaran debu itu sampai terekam hingga Kutub Utara. Hal ini mengingatkan para ahli, betapa dahsyatnya letusan super gunung berapi Toba kala itu. Bukti-bukti yang ditemukan, memperkuat dugaan, bahwa kekuatan letusan dan gelombang lautnya sempat memusnahkan kehidupan di Atlantis.



sekian dulu ya, ntar dilanjutin lagi.