Budaya Batak – Panggilan dalam suku batak
HORAS!!!
Banyak yang bertanya kepada saya, tentang istilah-istilah dalam bahasa batak, nah sekarang kita akan melihat, kalo dalam suku batak itu, ada panggilan apa aja. Jujur aja soal ini aku jg ga ngerti banget. Abisnya ada banyak sih
Selain panggilannya banyak, udah gitu banyak mengalami distorsi sehingga ada panggilan yang asli dari sononya, dan ada panggilan yang pada akhirnya mengalami perubahan. Panggilan ini erat kaitannya dengan Tarombo. Ato yang biasa disebut silsilah keluarga (padahal asal sebut..).
Oh ya, suku batak juga memiliki keunikan yang berbeda dari suku-suku lainnya. Karena suku batak memiliki apa yang disebut Marga (sudah tau lah ya) dan Nomor Generasi. Nah, biasanya dengan mengetahui marga dan nomor generasi seseorang, kita bisa tau dengan mudah (katanya sih mudah loh) bagaimana kita memanggil orang tersebut. Salah memanggil bisa berabe loh.
Sebelum dimulai, dicontohin deh tentang Marga dan No. Generasi. Cthnya aku, aku bermarga Panggabean dengan No. Generasi 16. Dari sini kita bisa tau bahwa Ayahku Panggabean-15 (utk selanjutnya kt sebut gini aja ya no. generasinya) dan Opung laki-lakiku Panggabean-14. Maka anakku nanti akan menjadi Panggabean-17 dan cucuku Panggabean-18 (Waddoooh, dah jauh nih omongannya.. cucu booo)
Baiklah, lanjut aja. Berikut ini adalah panggilan yang digunakan dalam suku Batak :
nekx
* Ulos batak toba
Dahulu sudah memiliki Kerajaan sendiri, Mardebata Mulajadi Nabolon (“pencipta yang maha besar”), memiliki Surat Aksara Batak, dan sudah pernah memiliki Uang tukar yakni Ringgit Batak (“Ringgit Sitio Suara”), uning-uningan namarragam (“musik”), memiliki Budaya Adat, dan mempunyai Hukum.
Namun sekarang ini sudah menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahkan orang Batak Toba sudah banyak yang tidak mengetahui bahasa daerahnya sendiri, melihat perkembangan teknologi sekarang ini, tor-tor Batak sudah banyak yang tidak mengetahuinya, bahkan dewasa ini Ulos Batak tidak dikenal jenis-jenis dan Fungsinya.

Sektor Pendukung PERINDUSTRIAN.
>>Pengerajin Ulos Batak
Inang boru Butar butar Pengerajin ulos di Lumban Gala gala, kecamatan Balige, kabupaten Toba Samosir, propinsi Sumatera Utara, sedang mengerajin ulos Ragu Huting ,”selama dua minggu lamanya sedikitnya tiga ulos siap untuk dikerjakan,” katanya kepada Bersama Toba dot Com , Selasa (20/5) di Huta Lumban gala-gala.

Dikatakan harga Ulos Ragi Huting sebesar Rp.400 ribu, kemudian menurutnya macam-macam dari ulos adalah seperti Ulos Padang Ursa, Ulos Ragi Harangan, Ulos Bintang Maratur, UlosPinuncaan, Ulos Tumtuman, Ulos Ragi Pakko, Ulos Tutur-tutur, Ulos Pinan Lobu-lobu, Ulos Antahantak, Ulos Ragi Huting, Ulos Suri-suri Ganjang, Ulos Bolean, Ulos mangiring, Ulos Sibunga Ambasang, Ulos Sitolu Tuho, Ulos Simpar, dan Ulos Sibolang Rasta Pamontari.
Semuanya Ulos tersebut diatas dapat dipesan kepada inang boru Butar-butar dengan harga berpariasi, yang berlokasi percis sebelum simpang empat dekat gereja di Huta Lumban gala-gala kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir.
* Tarian dan lagu batak toba
salah satu tarian adat batak toba yaitu "tari tor-tor". bisa diligat di link ini :
http://www.youtube.com/watch?v=AE-JyXFLYTw
lagu adat batak :
* PAHLAWAN TANAH BATAK
Raja Sisingamangaraja adalah pahlawan nasional yg berasal dari tanah batak, beliau lahir di Bakara ( kec. BAKTIRAJA, Kab.HUMBAHAS.PROV.SUMATERA UTARA ) pada tahun 1800 an yg silam.Tetapi perhatian pemerintah atas Jasa dan peninggalan Raja Sisingamangaraja XII trsebut sangat minim sekali, hal ini trbukti bahwa sampai saat ini belum ada pembangunan,pelestarian atau pembudidayaan ditanah kelahiran Raja Sisingamangaraja XII tersebut, khususnya terhadap peninggalan - peninggalan Raja... (ver más)
Banyak yang bertanya kepada saya, tentang istilah-istilah dalam bahasa batak, nah sekarang kita akan melihat, kalo dalam suku batak itu, ada panggilan apa aja. Jujur aja soal ini aku jg ga ngerti banget. Abisnya ada banyak sih
Selain panggilannya banyak, udah gitu banyak mengalami distorsi sehingga ada panggilan yang asli dari sononya, dan ada panggilan yang pada akhirnya mengalami perubahan. Panggilan ini erat kaitannya dengan Tarombo. Ato yang biasa disebut silsilah keluarga (padahal asal sebut..).
Oh ya, suku batak juga memiliki keunikan yang berbeda dari suku-suku lainnya. Karena suku batak memiliki apa yang disebut Marga (sudah tau lah ya) dan Nomor Generasi. Nah, biasanya dengan mengetahui marga dan nomor generasi seseorang, kita bisa tau dengan mudah (katanya sih mudah loh) bagaimana kita memanggil orang tersebut. Salah memanggil bisa berabe loh.
Sebelum dimulai, dicontohin deh tentang Marga dan No. Generasi. Cthnya aku, aku bermarga Panggabean dengan No. Generasi 16. Dari sini kita bisa tau bahwa Ayahku Panggabean-15 (utk selanjutnya kt sebut gini aja ya no. generasinya) dan Opung laki-lakiku Panggabean-14. Maka anakku nanti akan menjadi Panggabean-17 dan cucuku Panggabean-18 (Waddoooh, dah jauh nih omongannya.. cucu booo)
Baiklah, lanjut aja. Berikut ini adalah panggilan yang digunakan dalam suku Batak :
- Abang
Panggilan sesama pria (antara pria dan pria), yang adalah
1. Kakak kandung
2. Yang bermarga sama, dengan No. Generasi setingkat, tetapi No. Urut lebih tinggi.
Contoh: Keturunan Gultom Hutapea, memanggil Abang kepada Keturunan Gultom Hutatoruan, yang memiliki No. Generasi sama (sama-sama Gultom, namun Hutapea lebih muda daripada Hutatoruan). - Akkang, Kakak
Panggilan sesama wanita (antara wanita dan wanita), yang adalah
1. Kakak kandung
2. Kakak lelaki dari suami
3. Wanita semarga dengan No. Generasi sama, tetapi urutan lebih tinggi (lebih tua)
- Anggi, Adik
Panggilan sesama wanita (yang wanita manggil yang wanita) atau sesama pria (yang pria manggil yang pria), yang adalah
1. Adik kandung
2. Adik lelaki dari suami
3. Adik perempuan dari istri
4. Semarga, dan No. Generasi sama, tetapi urutan lebih rendah (lebih muda) - Ito
Panggilan dari pria kepada wanita atau sebaliknya (yang beda jenis kelamin), dengan aturan:
1. Saudara pria/wanita dalam satu keluarga (saudara kandung, beda jenis kelamin)
2. Pria/wanita semarga dengan No. generasi sama
3. Wanita dengan no. generasi lebih tinggi memanggil Ito kepada pria semarga dengan No. generasi lebih rendah
4. Anak laki-laki/perempuan dari saudara perempuan ibu
5. Pria/Wanita sesama suku Batak yang tidak semarga
- Lae
Panggilan sesama pria, kepada:
1. Saudara laki-laki dari pihak istri/saudara ipar laki-laki
2. Suami dari saudara perempuan
3. Anak lelaki dari Tulang
4. Anak lelaki dari namboru
5. Laki-laki sesama suku Batak yang tidak semarga
Nah yang ini tuh biasanya buat yang baru ketemu dan ga tau manggil apa. Jadi kalo sama2 cowok, biasanya panggil Lae dulu - Eda
Panggilan sesama wanita, kepada:
1. Saudara perempuan dari pihak suami/saudara ipar perempuan
2. Istri dari saudara laki-laki
3. Anak perempuan dari Tulang
4. Anak perempuan dari Namboru
5. Wanita sesama suku Batak yang tidak semarga
Sama dengan Lae, tapi yang ini untuk sesama cewek. Bisa dipakai kalo belum tau harus manggil apa - Amang Tua, Bapak Tua, Pak Tua (pilih salah satu ^^):
Panggilan untuk pria, yang adalah:
1. Kakak kandung ayah
2. Semarga, dan memiliki No. Generasi setingkat dengan ayah (satu tingkat diatas kita), yang nomor urutnya lebih tinggi (lebih tua dari ayah).
Contoh: Toga Gultom memiliki 4 orang anak yaitu Hutatoruan, Hutapea, Hutabagot, dan Hutabalian (Urut dari yang paling tua sampe yang paling muda). Anak-anak dari Hutapea memanggil Amang tua kepada Hutatoruan, demikian pula anak dari Hutabagot dan Hutabalian. Demikian pula anak dari Hutabagot memanggil Amangtua kepada Hutapea. Demikian seterusnya.
3. Suami dari kakak perempuan ibu, baik langsung maupun tidak langsung, yang semarga dengan ibu (maksudnya kakak perempuannya yang semarga dg ibu. Nah suaminya itu dipanggil Bapak Tua). - Inang Tua, Mama Tua, Mak Tua:
Panggilan untuk wanita, yang adalah:
1. Istri dari Amang Tua
2. Kakak perempuan ibu baik langsung maupun tidak langsung yang semarga dengan ibu (kakak perempuannya yang semarga. Ga ngerti jg yah?). - Amanguda, Bapauda, Uda (Panggilan untuk cowok)
Kebalikan dari Amang Tua. Kalo Amang Tua adalah kakak, maka Amanguda adalah adik (panggilan untuk sodara laki-laki bapak yang lebih muda dari bapak). - Inanguda (Panggilan untuk cewek)
Kebalikan dari Inang Tua. Kalo Inang Tua adalah kakak, maka Inanguda adalah adik perempuan ibu yang semarga dengan ibu. Ga harus adik kandung sih. Adik sepupu ibu jg boleh asal masih semarga. Juga panggilan buat istrinya Uda.
- Inangbaju
Sebutan untuk Saudara perempuan ibu yang belum menikah. Pada saat ini, sebutan ini umumnya diganti menjadi Tante, mengikuti perkembangan zaman. - Namboru
Panggilan untuk wanita, yang:
1. Saudara perempuan dari ayah, baik langsung maupun tidak langsung yang semarga dengan ayah. Bisa lebih muda, bisa lebih tua
2. Semarga, dengan No. Generasi lebih tinggi (berarti setingkat ayah). Inget, panggilan utk wanita.
Untuk wanita, kalau no. gererasi lebih tinggi 2 tingkat atau lebih, tetap dipanggil namboru. - Amang Boru
Panggilan untuk pria, yang adalah suami dari namboru. - Tulang Panggilan untuk pria yang adalah:
1. Saudara laki-laki dari ibu
2. Pria yang semarga dengan ibu, dan memiliki No. generasi setingkat dengan ibu
- Nantulang
Panggilan untuk wanita, yang adalah istri dari Tulang (simple huh?) - Opung Doli
Panggilan untuk pria, yang:
1. Ayah dari ayah/ibu (kakek laki2 kandung dari ayah ato dari ibu)
2. Paman dari ayah/ibu (ini berarti sodaranya kakek laki2 ayah ato ibu)
3. Semarga dengan no. generasi 2 tingkat lebih tinggi (satu marga kita, tapi setingkat opung)
4. Semarga dengan ibu dengan no. generasi 1 tingkat lebih tinggi dari ibu (satu marga ibu, tapi setingkat opung)
Cth : Saya Panggabean, ibu saya boru Pangaribua. Yang kupanggil Opung Doli adalah kakek laki2 saya dari ayah (berarti sama2 marga panggabean), dan kakek laki2 dari Ibu saya yang bermarga Pangaribuan. Dan juga
- Opung Boru
Panggilan untuk wanita, yang adalah istri dari Opung Doli (maksudnya ya Nenek, ntah dari ayah ato dari ibu) - Pahompu
sebutan untuk cucu - Anak
Sebutan untuk anak - Parumaen
Sebutan untuk menantu perempuan
- Simatua, Mertua
Sebutan untuk mertua
nekx
* dimanakah batak?
* Rumah Adat Batak Toba
Rumah Adat Batak Toba disebut Rumah Bolon, berbentuk empat persegi panjang dan kadang-kadang dihuni oleh 5 sampai 6 keluarga. Untuk memasuki rumah harus menaiki tangga yang terletak di tengah-tengah rumah, dengan jumlah anak tangga yang ganjil. Bila orang hendak masuk rumah Batak Toba harus menundukkan kepala agar tidak terbentur pada balok yang melintang, hal ini diartikan tamu harus menghormati si pemilik rumah.
Lantai rumah kadang-kadang sampai 1,75 meter di atas tanah, dan bagian bawah dipergunakan untuk kandang babyi, ayam, dan sebagainya. Dahulu pintu masuk mempunyai 2 macam daun pintu, yaitu daun pintu yang horizontal dan vertikal, tapi sekarang daun pintu yang horizontal tak dipakai lagi. Ruangan dalam rumah adat merupakan ruangan terbuka tanpa kamar-kamar, walaupun berdiam disitu lebih dari satu keluarga, tapi bukan berarti tidak ada pembagian ruangan, karena dalam rumah adat ini pembagian ruangan dibatasi oleh adat mereka yang kuat
Ruangan di belakang sudut sebelah kanan disebut jabu bong, yang ditempati oleh kepala rumah atau porjabu bong, dengan isteri dan anak-anak yang masih kecil. Ruangan ini dahulu dianggap paling keramat. Di sudut kiri berhadapan dengan Jabu bong disebut Jabu Soding diperuntukkan bagi anak perempuan yang telah menikah tapi belum mempunyai rumah sendiri. Di sudut kiri depan disebut Jabu Suhat, untuk anak laki-laki tertua yang sudah kimpoi dan di seberangnya disebut Tampar Piring diperuntukkan bagi tamu. Bila keluarga besar maka diadakan tempat di antara 2 ruang atau jabu yang berdempetan, sehingga ruangan bertambah 2 lagi dan ruangan ini disebut Jabu Tonga-ronga ni jabu rona.

Tiap keluarga mempunyai dapur sendiri yang terletak di belakang rumah, berupa bangunan tambahan. Di antara 2 deretan ruangan yakni di tengah-tengah rumah merupakan daerah netral yang disebut telaga dan berfungsi sebagai tempat bermusyawarah. Bangunan lain yang mirip dengan rumah adalah sopo yakni seperti rumah yang berasal dari lumbung tempat menyimpan, kemudian didiami. Perbedaannya dengan rumah adalah : Sopo berlantai dua, hanya mempunyai satu baris tiang-tiang depan dan ruangan bawah terbuka tanpa dinding berfungsi untuk musyawarah, menerima orang asing dan tempat bermain musik. Pada bagian depan rumah adat terdapat hiasan-hiasan dengan motif garis geografis dan spiral serta hiasan berupa susu wanita yang disebut adep-adep. Hiasan ini melambangkan sumber kesuburan kehidupan dan lambang kesatuan.
Rumah yang paling banyak hiasan-hiasannya disebut Gorga. Hiasan lainnya bermotif pakis disebut nipahu, dan rotan berduri disebut mardusi yang terletak di dinding atas pintu masuk. Pada sudut-sudut rumah terdapat hiasan Gajah dompak, bermotif muka binatang, mempunyai maksud sebagai penolak bala. Begitu pula hiasan bermotif binatang cicak, kepala singa yang dimaksudkan untuk menolak bahaya seperti guna-guna dari luar. Hiasan ini ada yang berupa ukiran kemudian diberi warna, ada pula yang berupa gambaran saja.
Rumah adat Batak Toba berdasarkan fungsinya dapat dibedakan ke dalam rumah yang digunakan untuk tempat tinggal keluarga disebut ruma, dan rumah yang digunakan sebagai tempat penyimpanan (lumbung) disebut Sopo. Bahan-bahan bangunan terdiri dari kayu dengan tiang-tiang yang besar dan kokoh. Dinding dari papan atau tepas, lantai juga dari papan sedangkan atap dari ijuk. Tipe khas rumah adat Batak Toba adalah bentuk atapnya yang melengkung dan pada ujung atap sebelah depan.
* Pakaian adat batak toba
Dari 8 (delapan) sub-etnis yang ada di Sumatera Utara, ternyata suku Batak Toba
(Taput, Humbang, Toba Samosir) hingga sekarang belum memiliki pakaian adat pengantin. Sementara 7 (tujuh) sub-etnis lainnya, Melayu, Karo, Simalungun, Pakpak, Mandailing, Nias, Pesisir Tapteng telah punya pakaian adat khususnya pakaian adat pernikahan resmi. Sedangkan masyarakat Batak Toba saat pesta pernikahan, sang pengantin pria hanya memakai stelan jas dan pengantin perempuan mengenakan kebaya biasa.
“Padahal Batak Toba disebut sebagai suku yang memiliki adat budaya sangat kental, dan diakui sebagai tanah asal (leluhur) sub-etnis Batak lainnya,” kata Ompu Joint Simanjuntak seorang pemerhati budaya dalam perbincangan dengan wartawan di Tarutung baru-baru ini. Ompu Joint membandingkan dengan suku Karo, Melayu atau Nias, yang telah membudayakan pakaian adat dalam hajatan pernikahan.
Menurut Op Joint, sewaktu Lundu Panjaitan menjabat bupati Tapanuli Utara, hal itu pernah dikemukakan, tapi tidak ditindaklanjuti menjadi sebuah wacana yang serius. “Sudah saatnya dikaji, bagaimana supaya pesta pernikahan orang Batak Toba menggunakan pakaian adat resmi dalam pernikahan seperti sub-etnis lainnya,” katanya.
Ketua LADN (Lembaga Adat Dalihan Natolu) Tapanuli Utara Drs BP Nababan mengakui hal itu kepada wartawan, Rabu (13/9), BP Nababan mengatakan masalah itu sudah menjadi bahan kajian pengurus LADN dan tokoh adat Taput. “Dalam waktu dekat, kita merencanakan untuk mengangkat masalah tersebut dalam sebuah seminar,” ujarnya. Nababan tidak menyebut kapan seminar diadakan. Dia menyebut soal pakaian pengantin adat Batak Toba akan dibahas melibatkan semua pihak.
Menurut BP Nababan yang juga wakil ketua DPRD Taput itu. Batak Toba memang punya pakaian adat resmi. Dalam upacaya kebesaran adat Batak, misalnya “bulang-bulang”, pakaian adat tersebut biasa kelihatan. Tetapi tidak dalam hal pesta pernikahan. “Bulang-bulang hanya kepada orang-orang tertentu disampaikan sebagai rasa penghargaan atas jasa-jasanya,” katanya.
“Kita harapkan dalam waktu dekat seminar tentang pakaian adat Batak Toba tersebut bisa dilaksanakan dan mendapat dukungan dari berbagai tokoh-tokoh adat,” katanya. (G1/h)
untuk sementara saya tampilkan pakaian adat yg biasa dipakai dalam acara" adat batak toba :
Lantai rumah kadang-kadang sampai 1,75 meter di atas tanah, dan bagian bawah dipergunakan untuk kandang babyi, ayam, dan sebagainya. Dahulu pintu masuk mempunyai 2 macam daun pintu, yaitu daun pintu yang horizontal dan vertikal, tapi sekarang daun pintu yang horizontal tak dipakai lagi. Ruangan dalam rumah adat merupakan ruangan terbuka tanpa kamar-kamar, walaupun berdiam disitu lebih dari satu keluarga, tapi bukan berarti tidak ada pembagian ruangan, karena dalam rumah adat ini pembagian ruangan dibatasi oleh adat mereka yang kuat
Ruangan di belakang sudut sebelah kanan disebut jabu bong, yang ditempati oleh kepala rumah atau porjabu bong, dengan isteri dan anak-anak yang masih kecil. Ruangan ini dahulu dianggap paling keramat. Di sudut kiri berhadapan dengan Jabu bong disebut Jabu Soding diperuntukkan bagi anak perempuan yang telah menikah tapi belum mempunyai rumah sendiri. Di sudut kiri depan disebut Jabu Suhat, untuk anak laki-laki tertua yang sudah kimpoi dan di seberangnya disebut Tampar Piring diperuntukkan bagi tamu. Bila keluarga besar maka diadakan tempat di antara 2 ruang atau jabu yang berdempetan, sehingga ruangan bertambah 2 lagi dan ruangan ini disebut Jabu Tonga-ronga ni jabu rona.
Tiap keluarga mempunyai dapur sendiri yang terletak di belakang rumah, berupa bangunan tambahan. Di antara 2 deretan ruangan yakni di tengah-tengah rumah merupakan daerah netral yang disebut telaga dan berfungsi sebagai tempat bermusyawarah. Bangunan lain yang mirip dengan rumah adalah sopo yakni seperti rumah yang berasal dari lumbung tempat menyimpan, kemudian didiami. Perbedaannya dengan rumah adalah : Sopo berlantai dua, hanya mempunyai satu baris tiang-tiang depan dan ruangan bawah terbuka tanpa dinding berfungsi untuk musyawarah, menerima orang asing dan tempat bermain musik. Pada bagian depan rumah adat terdapat hiasan-hiasan dengan motif garis geografis dan spiral serta hiasan berupa susu wanita yang disebut adep-adep. Hiasan ini melambangkan sumber kesuburan kehidupan dan lambang kesatuan.
Rumah yang paling banyak hiasan-hiasannya disebut Gorga. Hiasan lainnya bermotif pakis disebut nipahu, dan rotan berduri disebut mardusi yang terletak di dinding atas pintu masuk. Pada sudut-sudut rumah terdapat hiasan Gajah dompak, bermotif muka binatang, mempunyai maksud sebagai penolak bala. Begitu pula hiasan bermotif binatang cicak, kepala singa yang dimaksudkan untuk menolak bahaya seperti guna-guna dari luar. Hiasan ini ada yang berupa ukiran kemudian diberi warna, ada pula yang berupa gambaran saja.
Rumah adat Batak Toba berdasarkan fungsinya dapat dibedakan ke dalam rumah yang digunakan untuk tempat tinggal keluarga disebut ruma, dan rumah yang digunakan sebagai tempat penyimpanan (lumbung) disebut Sopo. Bahan-bahan bangunan terdiri dari kayu dengan tiang-tiang yang besar dan kokoh. Dinding dari papan atau tepas, lantai juga dari papan sedangkan atap dari ijuk. Tipe khas rumah adat Batak Toba adalah bentuk atapnya yang melengkung dan pada ujung atap sebelah depan.
* Pakaian adat batak toba
Dari 8 (delapan) sub-etnis yang ada di Sumatera Utara, ternyata suku Batak Toba
(Taput, Humbang, Toba Samosir) hingga sekarang belum memiliki pakaian adat pengantin. Sementara 7 (tujuh) sub-etnis lainnya, Melayu, Karo, Simalungun, Pakpak, Mandailing, Nias, Pesisir Tapteng telah punya pakaian adat khususnya pakaian adat pernikahan resmi. Sedangkan masyarakat Batak Toba saat pesta pernikahan, sang pengantin pria hanya memakai stelan jas dan pengantin perempuan mengenakan kebaya biasa.
“Padahal Batak Toba disebut sebagai suku yang memiliki adat budaya sangat kental, dan diakui sebagai tanah asal (leluhur) sub-etnis Batak lainnya,” kata Ompu Joint Simanjuntak seorang pemerhati budaya dalam perbincangan dengan wartawan di Tarutung baru-baru ini. Ompu Joint membandingkan dengan suku Karo, Melayu atau Nias, yang telah membudayakan pakaian adat dalam hajatan pernikahan.
Menurut Op Joint, sewaktu Lundu Panjaitan menjabat bupati Tapanuli Utara, hal itu pernah dikemukakan, tapi tidak ditindaklanjuti menjadi sebuah wacana yang serius. “Sudah saatnya dikaji, bagaimana supaya pesta pernikahan orang Batak Toba menggunakan pakaian adat resmi dalam pernikahan seperti sub-etnis lainnya,” katanya.
Ketua LADN (Lembaga Adat Dalihan Natolu) Tapanuli Utara Drs BP Nababan mengakui hal itu kepada wartawan, Rabu (13/9), BP Nababan mengatakan masalah itu sudah menjadi bahan kajian pengurus LADN dan tokoh adat Taput. “Dalam waktu dekat, kita merencanakan untuk mengangkat masalah tersebut dalam sebuah seminar,” ujarnya. Nababan tidak menyebut kapan seminar diadakan. Dia menyebut soal pakaian pengantin adat Batak Toba akan dibahas melibatkan semua pihak.
Menurut BP Nababan yang juga wakil ketua DPRD Taput itu. Batak Toba memang punya pakaian adat resmi. Dalam upacaya kebesaran adat Batak, misalnya “bulang-bulang”, pakaian adat tersebut biasa kelihatan. Tetapi tidak dalam hal pesta pernikahan. “Bulang-bulang hanya kepada orang-orang tertentu disampaikan sebagai rasa penghargaan atas jasa-jasanya,” katanya.
“Kita harapkan dalam waktu dekat seminar tentang pakaian adat Batak Toba tersebut bisa dilaksanakan dan mendapat dukungan dari berbagai tokoh-tokoh adat,” katanya. (G1/h)
untuk sementara saya tampilkan pakaian adat yg biasa dipakai dalam acara" adat batak toba :
* Ulos batak toba
“Ulos Batak”, dikenal sebagai Jati diri orang Batak sesuai Budaya dan Adatnya.
Mei 25, 2008>> Jenis Ulos Batak dan Fungsinya.
Orang Batak sudah dikenal sebagai “Bangso”, kenapa..?Dahulu sudah memiliki Kerajaan sendiri, Mardebata Mulajadi Nabolon (“pencipta yang maha besar”), memiliki Surat Aksara Batak, dan sudah pernah memiliki Uang tukar yakni Ringgit Batak (“Ringgit Sitio Suara”), uning-uningan namarragam (“musik”), memiliki Budaya Adat, dan mempunyai Hukum.
Namun sekarang ini sudah menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahkan orang Batak Toba sudah banyak yang tidak mengetahui bahasa daerahnya sendiri, melihat perkembangan teknologi sekarang ini, tor-tor Batak sudah banyak yang tidak mengetahuinya, bahkan dewasa ini Ulos Batak tidak dikenal jenis-jenis dan Fungsinya.
Ulos Batak, kekayaan Budaya Batak
>>Pengerajin Ulos Batak
Inang boru Butar butar Pengerajin ulos di Lumban Gala gala, kecamatan Balige, kabupaten Toba Samosir, propinsi Sumatera Utara, sedang mengerajin ulos Ragu Huting ,”selama dua minggu lamanya sedikitnya tiga ulos siap untuk dikerjakan,” katanya kepada Bersama Toba dot Com , Selasa (20/5) di Huta Lumban gala-gala.
Dikatakan harga Ulos Ragi Huting sebesar Rp.400 ribu, kemudian menurutnya macam-macam dari ulos adalah seperti Ulos Padang Ursa, Ulos Ragi Harangan, Ulos Bintang Maratur, UlosPinuncaan, Ulos Tumtuman, Ulos Ragi Pakko, Ulos Tutur-tutur, Ulos Pinan Lobu-lobu, Ulos Antahantak, Ulos Ragi Huting, Ulos Suri-suri Ganjang, Ulos Bolean, Ulos mangiring, Ulos Sibunga Ambasang, Ulos Sitolu Tuho, Ulos Simpar, dan Ulos Sibolang Rasta Pamontari.
Semuanya Ulos tersebut diatas dapat dipesan kepada inang boru Butar-butar dengan harga berpariasi, yang berlokasi percis sebelum simpang empat dekat gereja di Huta Lumban gala-gala kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir.
* Tarian dan lagu batak toba
salah satu tarian adat batak toba yaitu "tari tor-tor". bisa diligat di link ini :
http://www.youtube.com/watch?v=AE-JyXFLYTw
lagu adat batak :
* PAHLAWAN TANAH BATAK
Raja Sisingamangaraja adalah pahlawan nasional yg berasal dari tanah batak, beliau lahir di Bakara ( kec. BAKTIRAJA, Kab.HUMBAHAS.PROV.SUMATERA UTARA ) pada tahun 1800 an yg silam.Tetapi perhatian pemerintah atas Jasa dan peninggalan Raja Sisingamangaraja XII trsebut sangat minim sekali, hal ini trbukti bahwa sampai saat ini belum ada pembangunan,pelestarian atau pembudidayaan ditanah kelahiran Raja Sisingamangaraja XII tersebut, khususnya terhadap peninggalan - peninggalan Raja... (ver más)
* Wisata di Tanah Batak
Batu gantung
Nice post! hehe..kalo dibuat bagan untuk panggilan2 itu pasti jadi lebih jelas.. :D
BalasHapuswah..aku penasaran sama yang namanya batu gantung itu
BalasHapuspengen liat tapi ga pernah bisa waktu aku masih tinggal disana..
ternyata begitu ya ceritanya..katanya temenku batunya itu tergantung sama rambut..ternyata ga ya hehehe
makasih ya bang buat informasinya walaupun masih bingung hehehe
maklum aku keturunan batak jawa sih..
makasih informasinya hehe... horas :D
BalasHapusTicasino Online casino and poker – Free software - TSB - Aka gioco digitale gioco digitale bet365 bet365 4646bisa bet9ja mobile apk free cricket prediction site
BalasHapus